Rabu, 27 April 2011

MAKNA HIDUP PADA PENDERITA KANKER SERVIKS YANG TELAH SEMBUH DARI PENYAKITNYA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah salah satu penyakit yang sangat cepat pertumbuhannya. Kanker telah menjadi penyebab kematian utama di seluruh dunia. Tingkat kejadian dan beban kanker semakin besar. Secara global, kematian akibat kanker melebihi jumlah penderita AIDS, malaria, dan tuberkulosis. Berdasarkan data yang dirilis International Agency for Research on Cancer, salah satu lembaga di bawah Badan Kesehatan Dunia PBB, penderita kanker dunia mencapai 12,7 juta orang pada tahun 2008 dan mengakibatkan kematian 7,6 juta penderita. Pada tahun 2030 diramalkan akan ada 21,4 juta kasus kanker baru dengan 13,2 juta kematian. Menurut Otis W Brawley, kanker bisa terus menjadi penyakit yang mematikan, karena derasnya industrialisasi dan adopsi gaya hidup Barat. Selain itu, pertumbuhan populasi dan penuaan juga akan menambah kasus kanker.

Prof. Dr. dr. IGP Surya, Sp.OG(K). mengatakan di Indonesia saat ini diperkirakan ada 100 penderita kanker baru setiap tahunnya dari 100.000 penduduk. Dengan demikian, jika penduduk Indonesia 220 juta, setiap tahunnya ada 220 ribu orang penderita kanker baru. Taylor (1999) mengatakan bahwa kanker adalah suatu kumpulan lebih dari 100 penyakit yang mempunyai beberapa faktor yang sama. Semua kanker dihasilkan dari gangguan dalan DNA-bagian itu yangterdiri dari sel penyusunan yang mengontrol sel pertumbuhan dan reproduksi. Bukannya memastikan seperti biasa memproduksi secara perlahan sel-sel baru. Kegagalan DNA ini menyebabkan perkembangan yang terlalu banyak dan cepat pada sel pertumbuhan. Akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh inilah yang pada akhirnya berubah menjadi sel kanker. Tidak seperti sel-sel yang lain sel-sel kanker tidak memberikan keuntungan pada tubuh, sel-sel itu hanya melemahkannya.Umumnya tingkat pertumbuhannya amat cepat dan dapat merusak jaringan (infiltratif).

Dari 10 jenis kanker yang perlu penanganan prioritas dan intensif versi YKI (Yayasan Kanker Indonesia), Kanker Serviks lah yang menjadi pembunuh terganas hingga saat ini. Carcinoma cervic (cervical cancer) yang sering disingkat kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Kanker serviks mempunyai insidens tertinggi di negara berkembang pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya. Dari data beberapa gabungan rumah sakit di Indonesia frekuensi kanker serviks (16%), disusul dengan hepatoma (12%), kanker payudara (10%), kanker paru (9%), kanker kulit (7,5%), kanker nasopharing (7%), kanker kelenjar getah bening (6%), leukimia (5%), kanker kolon (4,5%), dan lain-lain (17,5%) (Aziz dalam Ramli dkk, 2009:97).

Kanker ini ditemukan pada wanita yang berusia antara 25-34 tahun dengan puncaknya pada usia 45-50 tahun, 5% karena keturunan dan 95% karena kondisi lingkungan yang diperantarai oleh virus HPV (human papillomavirus) atau virus papiloma manusia (Hidayati, 2001). HPV adalah sekelompok lebih dari 100 virus yang berhubungan yang dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit. Virus HPV berisiko rendah dapat menimbulkan genital warts (penyakit kutil kelamin) yang dapat sembuh dengan sendirinya dengan kekebalan tubuh. Namun pada Virus HPV berisiko tinggi tipe (tipe 16, 18, 31, 33 and 45), virus ini dapat mengubah permukaan sel-sel vagina. Bila tidak segera terdeteksi dan diobati, infeksi Virus HPV ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan terbentuknya sel-sel pra kanker serviks. HPV menimbulkan kutil pada pria maupun wanita, termasuk kutil pada kelamin, yang disebut kondiloma akuminatum. Virus HPV tersebut dapat ditularkan melalui hubungan atau aktifitas seksual, hygiene yang kurang, yang juga ditunjang dengan adanya faktor-faktor lain. Oleh karena itu wanita yang beresiko tinggi mendapat kanker serviks adalah yang berhubungan seksual pada usia muda/dini (<20 tahun).

Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo umumnya kejadian kanker serviks sangat rendah dibawah umur 20 tahun, dan sesudahnya menaik dengan cepat dan menetap sesudah umur 50 tahun. Kebanyakan penderita datang sudah pada stadium lanjut sehingga penanganannya lebih sulit dan harapan hidup semakin menipis. Harapan hidup yang dimiliki pengidap kanker serviks berkisar selama 5 tahun dan angka ini akan semakin rendah dengan semakin tingginya stadium. FIGO 1988 melaporkan angka harapan hidup untuk masing-masing stadium adalah sebagai berikut: stadium I 75,7%, stadium II 54,6%, stadium III 30,6% dan stadium IV 7,3% (Ramli dkk, 2000:98).

Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks atau kanker leher rahim ini. Setiap harinya 40-45 perempuan terdiagnosis kanker serviks dan 20-25 diantaranya meninggal karenanya. Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker ginekologik yang paling menakutkan bagi perempuan dan saat ini kanker serviks menjadi penyebab kematian yang utama dinegara-negara yang sedang berkembang, sedang dinegara maju menempati urutan ke 10. Dengan kondisi seperti itu banyak sekali yang takut apabila mengidap kanker serviks. Jadi bisa dipahami apabila seorang wanita didiagnosa mengidap kanker serviks. Jadi bisa dipahami apabila seorang wanita didiagnosa mengidap kanker ini kemudian merasa terpukul, frustasi, marah dan mengisolasi diri dari lingkungan sekitar serta merasa hal tersebut tidak adil baginya (Keliat, 2000:17). Menurut Shontz (dalam Wildana Tamam, 2001:2) individu yang mendapat diagnosis menderita penyakit kronis akan mengalami syok (shock), sedih (grief), merasa tidak tertolong (helpless), kecewa (despair), depresi (depression), dan mengingkari permasalahan (denial of the problem).

Namun bukan berarti kanker serviks tidak bisa disembuhkan. Hill mengatakan, sebenarnya sepertiga dari semua kasus kanker dapat dicegah. Hampir sebagian besar atau sekitar 40 persen timbulnya kanker disebabkan faktor gaya hidup, penyakit infeksi, dan lingkungan atau pekerjaan yang berhubungan dengan zat-zat berbahaya. ”Berarti penyakit kanker potensial untuk dicegah. Perlu adaptasi global, nasional, dan perseorangan untuk membuktikan jika faktor-faktor itu diatasi, kasus dan kematian kanker bisa dikurangi,” ujar Hill. Di negara berkembang, pemicu tingginya kejadian kanker adalah penggunaan tembakau, alkohol, sedikit mengonsumsi sayur dan buah, serta infeksi kronis dari hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), dan beberapa tipe Human Papilloma Virus (HPV). Strategi pencegahan dengan meningkatkan penghindaran pada faktor-faktor di atas, vaksinasi melawan HPV dan virus hepatitis B, mengontrol asupan zat-zat bahaya, dan mengurangi terpaan sinar matahari. Dalam pengontrolan peningkatan kanker di dunia, menurut Otis W Bradley dari American Cancer Society, kata pesan yang sekarang ini semestinya gencar digemakan adalah deteksi dini menyelamatkan hidup. Deteksi dini dapat menurunkan sepertiga dari beban kanker jika kasus dideteksi dan diobati secara dini. Deteksi dini kanker didasarkan pada observasi bahwa pengobatan lebih efektif ketika kanker dideteksi lebih awal. Tujuannya untuk mendeteksi kanker ketika masih lokal (belum menyebar).

Dan bagi para penderita kanker yang telah sembuh dari penyakitnya, tentu saja tidak mudah untuk bisa kembali lagi melakukan aktifitas-aktifitas yang dulu pernah ditinggalkan. Hal ini tentunya membutuhkan banyak dukungan dari orang-orang di sekitarnya dan bagaimana si penderita bisa memaknai lebih dalam apa yang sudah terjadi dalam hidupnya. Bastaman (2007) mengatakan bahwa makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life).

Dari serangkaian paparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sehingga dapat mengungkap tentang gambaran kebermaknaan hidup pada penderita kanker serviks yang telah sembuh dari penyakitnya; apa yang menjadi makna hidupnya setelah ia sembuh dari penyakitnya, hal apa saja yang menginspirasinya, apa saja yang menjadi tujuan hidupnya sekarang, dll.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Mengetahui dan mendapatkan pemahaman tentang bagaimana gambaran kebermaknaan hidup pada penderita kanker serviks yang telah sembuh dari penyakitnya.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Memberikan khasananh pengetahuan bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis dan sosial mengenai kebermaknaan hidup pada penderita kanker serviks yang telah sembuh dari penyakitnya, yang hasilnya nanti dapat menjadi masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dengan penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan informasi mengenai apa saja makna hidup yang dimiliki oleh penderita kanker serviks yang telah sembuh dari penyakitnya. Selain itu dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan bagi masyarakat mengenai pentingnya memahami kebermaknaan dalam hidup melalui berbagai kejadian dalam hidup kita, contohnya kanker serviks.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kebermaknaan Hidup

A. Pengertian

Setiap orang (normal) menginginkan dirinya menjadi orang yang berguna, berharga bagi keluarganya, lingkungan, masyarakat dan dirinya sendiri, yang berarti adanya hasrat untuk hidup bermakna. Dimana keinginan untuk hidup secara bermakna memang benar-benar merupakan motivasi utama pada manusia. Dengan kegiatan- kegiatan itu diharapkan agar kehidupannya dapat terasa berarti dan berharga. Hasrat untuk hidup bermakna ini bukan sesuatu yang mengada-ngada, melainkan sesuatu kenyataan yang benar-benar ada dan dirasakan dalam kehidupan setiap orang sebagai motivasi utamanya, hasrat ini mendambakan manusia menjadi seorang pribadi yang bermartabat, terhormat dan berharga dengan keinginan-keinginan yang terarah kepada tujuan hidup yang jelas dan bermakna pula. Hasrat untuk hidup bermakna yang pada gilirannya akan menimbulkan perasaan bahagia (Bastaman, 1997)

Bastaman (2007) mengatakan bahwa makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life).

Menurut Frankl (dalam Koeswara, 1987) kesenangan dan kekuasaan bukanlah tujuan utama, melainkan efek yang dihasilkan oleh tingkah laku dalam rangka pemenuhan diri (self fulfillment) yang bersumber atau diarahkan oleh keinginan kepada makna. Frank juga menambahkan bahwa manusia dalam bertingkah laku tidak semata-mata didorong atau terdorong, melainkan mengarahkan dirinya sendiri kepada apa yang ingin dicapainya yakni makna.

Abidin (2002) menjelaskan bahwa motivasi utama dari manusia adalah untuk menemukan tujuan hidupnya, dimana tujuan tersebut adalah makna hidup. Pencarian makna yang dilakukan merupakan fenomena kompleks, yang membutuhkan penggalian, dan untuk memahaminya manusia harus “menjalaninya”.

Dalam Koeswara (1992), Crumbaugh dan Maholick mengartikan makna hidup sebagai kemampuan individu dalam menentukan pola tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang terintegrasi dalam hidup. Atau dengan kata lain kebermaknaan hidup seseorang berkaitan dengan ada tidaknya kemampuan individu menyesuaiakan diri secara efisien terhadap berbagai masalah hidupnya.

Jadi dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup adalah penghayatan individu terhadap hal-hal yang dianggap sangat penting, berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, yang memang benar-benar merupakan motivasi utama pada dirinya, sehingga layak dijadikan tujuan di dalam hidupnya.

B. Sumber-sumber Makna Hidup

Adapun sumber-sumber makna hidup menurut Bastaman (2007), meliputi:

1. Creative values (nilai-nilai kreatif)

Melalui karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna. Bekerja itu dapat menimbulkan makna dalam hidup, hal ini dapat dicontohkan dengan: kegiatan berkarya, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab, menekuni suatu pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusahauntuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Sehubungan dengan itu perlu ditegaskan bahwa pekerjaan hanyalah merupakan sarana yang memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan nmakna hidup, makna hidup tidak terletak pada pekerjaan akan tetapi lebih bergantung pada pribadi yang bersangkutan , dalam hal ini sikap positif dan mencintai pekerjaan itu serta cara bekerja mencerminkan keterlibatan dalam pekerjaannya.

2. Experiential values (nilai-nilai penghayatan)

Yaitu keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan serta cinta kasih. Menghayati dan menyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya. Tidak sedikit orang-orang yang merasa menemukan arti hidup dari agama yang diyakininya, atau ada orang-orang yang sebagian besar usianya untuk menekuni cabang seni tertentu. Cinta kasih dapat menjadikan pula seseorang menghayati perasaan dalam hidupnya. Erich Fromm, seorang pakar psikoanalisis modern, menyebutkan empat unsur dari cinta kasih yang murni yakni, perhatian (care), tanggung jawab (responsibility), rasa hormat (respect), dan pengertian (understanding). Dari uraian diatas nyatalah bahwa cinta kasih merupakan sumber makna hidup.

3. Attitudinal values (nilai-nilai bersikap)

Yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi. Contohnya: seperti sakit yang tidak dapat disembuhkan lagi, kematian dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan dengan maksimal. Dalam hal ini yang perlu diubah bukan keadaannya melainkan sikap yang diambil untuk menghadapi keadaan itu. Ini berarti apabila menghadapi keadaan yang tak mungkin diubah atau dihindari, sikap yang tepatlah yang dapat dikembangkan. Ini berarti bahwa dalam keadaan bagaimanapun (sakit, nista, dosa, bahkan maut) arti hidup masih tetap dapat ditemukan, asalkan dapat mengambil sikap yang tepat menghadapinya.

C. Karakteristik Makna Hidup

Untuk mendapatkan lebih jelas perlu dipahami beberapa sifat khusus dari makna hidup:

1. Makna hidup itu sifatnya unik, pribadi dan temporer. Artinya dapat dianggap berarti oleh seseorang belum tentu berarti pula bagi orang lain. Dalam hal ini makna hidup seseorang dan apa yang bermakna bagi dirinya biasanya sifatnya khusus, berbeda dan tak sama dengan orang lain, serta mungkin pula dari waktu ke waktu berubah.

2. Sifat lain dari makna hidup adalah spesifik dan nyata dalam artian makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman kehidupan sehari-hari. Hal ini untuk mmembantu menyadari tanggung jawab, memenuhi tujuan-tujuan hidup yang harus dicapainya dan kewajiban-kewajiban yang masih harus dipenuhinya.

3. Selanjutnya sifat lain dari makna hidup adalah memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan kita, karena begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, kita seakan-akan dipanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya serta terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya, serta kegiatan-kegiatan kita pun menjadi terarah kepada pemenuhan itu.

Demikianlah makna hidup dan sifat-sifatnya yang unik, spesifik dan temporer serta fungsinya sebagai pedoman pengarah kegiatan-kegiatan kita (Bastaman, 2007).

D. Komponen-Komponen Makna Hidup

Bastaman (1996) mengutarakan komponen-komponen yang menentukan berhasilnya perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna, yaitu :

1. Pemahaman diri (self insight), meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi yang lebih baik.

2. Makna hidup (meaning of life), adalah nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan sebagai pengarah kegiatan.

3. Pengubahan sikap (attitude change), adalah suatu proses diri yang semula tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup atau musibah.

4. Keikatan diri (self commitment), adalah munculnya suatu komitmen seseorang yang ditandai dengan semakin terikat dengan makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang telah ditetapkan.

5. Kegiatan terarah (directed activity), adalah upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potrnsi-potensi diri yang positif, serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup.

6. Dukungan sosial (social support), adalah hadirnya seseorang atau sejumlah oranya yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberi bantauan saat diperlukan.

E. Dimensi meaning

Terdapat dimensi meaning menurut Reker dan Wong (dalam Reker & chamberlain, 2000) yaitu :

1. Structural components, Komponen ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu :

a. Komponen kognitif

Komponen kognitif menjadi bagian pemberian makna pada suatu pengalaman hidup, individu tidak hanya memberi makna dari sistem kepercayaan atau pandangan masyarakat, tetapi juga mencari pengertian eksistensial melalui nilai dan tujuan dari kejadian atau pengalaman hidup, lingkungan atau kesulitan-kesulitan yag dihadapi.

b. Komponen motivasional

Adalah sistem nilai yang dibangun pada setiap individu, nilai adalah pedoman kehidupan yang mengarahkan apa tujuan yang harus dicapai oleh seseorang, dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.

c. Komponen afektif

Komponen ini terdiri dari rasa puas (satisfaction) dan pemenuhan atau perasaan terpenuhi (fulfillment) individu yang didapat dari pengalaman-pengalaman dan keberhasilan mencapai tujuan individu tersebut.

d. Komponen personal dan sosial (preconditions of meaning).

Komponen ini terdiri dari hubungan sosial dan kualifikasi personal. Komponen sosial terdiri dari hubungan personal, cinta dan empati. Komponen personal terdiri dari kualitas unik pada individual, atribut personal (seperti menjadi kreatif, fleksibel, adaptif, intelektual, meiliki rasa ingin tau dan bertanggung jawab). Komponen sosial dan personal berperan untuk mengidentifikasi individu yang hendak mencari meaning.

2. Breadth of meaning

Breadth of meaning adalah kecenderungan individu untuk mengalami atau memperoleh meaning dari beberapa sumber meaning yang berbeda.

3. Dept of meaning

Dept of meaning menunjukkan kualitas dari pengalaman meaning individu, apakah pengalaman meaning itu dangkal, dalam atau hanya sebagian. Terdapat 4 level dept yang menunjukkan tingkat meaning individu, yaitu: self preoccupation dengan kesengan dan kenyamanan, pengabdian waktu dan tenaga untuk mewujudkan potensi diri, pelayanan bagi orang lain dan komitment terhadap lingkup sosial yang lebih luas, dan nilai menyenangkan yang melebihi arti individu dan meliputi semesta alam, dan tujuan akhir kehidupan. (reker dan wong dalam reker dan chamberlain, 2000).

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebermaknaan hidup

Menurut Frankl (dalam Koeswara, 1987) bahwa faktor yang mempengaruhi penemuan hidup pada indivisu sebagai berikut :

a. Kehidupan keagamaan dan filsafat sekuler

Frankl mengemukakan bahwa makna hidup tidak selalu merupakan persoalan agama, tetapi juga bisa dan seiring merupakan persoalan filsafat hidup yang bersifat keduniaan.

b. Pekerjaan

Manusia bisa menemukan makna hidup melalui kerja. Dalam aktifitas kerja, yang penting bukanlah lingkup atau luasnya pekerjaan melainkan bagaimana seseorang bekerja sehingga bisa penuh lingkungan aktifitasnya itu.

c. Keindahan

Frankl mengemukakan bahwa individu bisa menemukan makna didalam hidupnya melalui sikap menerima atau menyerahkan diri kepada kehidupan yang didapat dengan jalan keindahan.

d. Cinta dengan sesama

Dengan cinta seharusnya tidak membuat buta sebagaimana yang sering diduga, tetapi membuat orang membuka mata, menjadikan orang yang mengalaminya mampu melihat nilai-nilai. Kemampuan untuk melihat nilai-nilai inilah yang membuat batin seseorang menjadi kaya. Pemerkaya batin itu sendiri adalah salah satu unsur membentuk makna hidup.

e. Pengalaman tentang penderitaan

Dalam taraf psikospiritual, penderitaan itu memiliki makna yang cukup vital. Penderitaan bertindak menjaga manusia dari apatis, atau memelihara manusia agar tidak terjerumus kedalam kematian psikis. Kita matang dalam penderitaan dan tumbuh karena penderitaan. Pendek kata, penderitaan bisa membuat kita bisa lebih kaya dan lebih kuat.

G. Teknik menemukan makna hidup

Adapun teknik menemukan makna hidup menurut bastaman (2007) yaitu

a. Pemahaman diri

Dengan teknik pemahaman diri ini, seseorang menjajagi sendiri beberapa aspek kehidupannya pribadi, antara lain, mengenali kebaikan-kebaikan dan kelemahan- kelemahan pribadi (tubuh, penampilan, sifat, bakat, pemikiran) dan lingkungan- nya (keluarga, tetangga, pekerjaan, masyarakat) selain itu menyadari keinginan- keinginan dimasa kecil, remaja,dewasa, masa lanjut usia dan keinginan-keinginan pada waktu sekarang merumuskan secara lebih jelas cita-cita dan hal-hal yang dinginkan dimasa mendatang. Disamping itu mencoba untuk memahami kebutuhan-kebutuhan apa sebenarnya yang mendasari keinginan-keinginan itu.

b. Bertindak positif

Dengan berfikir positif kita menanamkan dalam diri kita hal-hal yag serba baik dan bermanfaat dengan harapan terungkap dalam perilaku nyata, sedangkan dalam teknik bertindak positif kita benar-benar mencoba menerapkan hal-hal yang baik dalam perilaku dan tindakan nyata sehari-hari. Dengan demikian perbedaan antara kedua teknik itu terletak dalam penekanan saja, berfikir positif lebih menekankan pada pikiran dan imajinasi sedangkan teknik bertindak positif menekankan pada tindakan nyata yang mencerminkan pikiran dan sikap yang baik dan positif.

c. Pengakraban hubungan

Teknik pengakraban hubungan menganjurkan agar seseorang membina hubungan yang akrab dengan orang tertentu (keluarga, teman, rekan sekerja, dan sebagainya) karena dalam hubungan yang akrablah seseorang merasa diperlukan dan memerlikan orang lain, dicintai, dan mengasihi orang lain dengan tulus tanpa mementingkan dirinya sendiri.

d. Pendalaman catur-nilai

Yang dimaksud dengan pendalaman catur-nila adalah usaha untuk memahami benar-benar empoat ragam nilai yaitu, nilai berkarya (creative values) kegiatan bekarya yang paling kelihatan adalah bekerja, makna dari kegiatan bekarya lebih terletak pada sikap,cara dan hasil kerjanya yakni kecintaan dan dedikasi terhadap pekerjaan dan kesungguhan dalam mengerjakiannya, nilai-nilai penghayatan (experiental values) teknik ini menyarankan kepada kita untuk mencoba,mengamati menyimak, memahami, menyakini, dan menghayati berbagai nilai-nilai yang ada dalam kehidupan seperti keindahan, kebenaran, kebajikan, keimanan, cinta kasih. Menghayati nilai-nilai ini dapat menimbulakan kepuasan, ketenangan dan perasaan bermakna, nilai-nilai bersikap (attitudinal values) pendalaman nilai-nilai bersikap pada dasarnya memeberi kesempatan kepada seseorang untuk mengambil sikap yang tepat atas kondisi tragis dan kegagalan-kegagalan yang terjadi dan tak dapat dielakkan lagi, dan nilai-nilai pengharapan (hopeful values) adalah keyakinan akan terjadinya perubahan yang lebih baik dimasa mendatang.

e. Ibadah

Ibadah adalah mendekatkan diri kepada tuhan dengan cara-cara yang diajarkan oleh-Nya, yaitu agama. Menjalani hidup dengan norma-norma agama memeberikan corak bahagia dan maknawi bagi kehidupan seseorang.

2. Kanker Serviks

A. Pengertian Kanker Serviks

Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim. Kanker serviks disebut juga kanker leher rahim atau kanker mulut rahim dimulai pada lapisan serviks. Kanker serviks terbentuk sangat perlahan. Pertama, beberapa sel berubah dari normal menjadi sel-sel pra-kanker dan kemudian menjadi sel kanker. Ini dapat terjadi bertahun-tahun, tapi kadang-kadang terjadi lebih cepat. Perubahan ini sering disebut displasia. Mereka dapat ditemukan dengan tes Pap Smear dan dapat diobati untuk mencegah terjadinya kanker. Untuk dapat memahami kanker serviks, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu anatomi rahim wanita.

Anatomi Rahim wanita

Leher rahim (serviks) adalah bagian bawah uterus (rahim). Rahim memiliki 2 bagian. Bagian atas, disebut tubuh rahim, adalah tempat di mana bayi tumbuh. Leher rahim, di bagian bawah, menghubungkan tubuh rahim ke vagina, atau disebut juga jalan lahir.

Gambar organ reproduksi wanita:

Ada 2 jenis utama kanker serviks. Sekitar 8-9 dari 10 jenis yang ada adalah karsinoma sel skuamosa. Di bawah mikroskop, kanker jenis ini terbentuk dari sel-sel seperti sel-sel skuamosa yang menutupi permukaan serviks. Sebagian besar sisanya adalah adenokarsinoma. Kanker ini dimulai pada sel-sel kelenjar yang membuat lendir. Jarang terjadi, kanker serviks memiliki kedua jenis fitur diatas dan disebut karsinoma campuran. Jenis lainnya (seperti melanoma, sarkoma, dan limfoma) yang paling sering terjadi di bagian lain dari tubuh. Jika Anda memiliki kanker serviks, mintalah dokter Anda untuk menjelaskan jenis kanker apa yang Anda miliki.

Jumlah prevalensi wanita pengidap kanker serviks di Indonesia terbilang cukup besar. Setiap hari, ditemukan 40-45 kasus baru dengan jumlah kematian mencapai 20-25 orang. Sementara jumlah wanita yang berisiko mengidapnya mencapai 48 juta orang. Dokter Laila Nuranna SpOG(K), Kepala Divisi Onkologi Ginekologi Obstetri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan bahwa sebagian besar kasus kanker serviks yang terdeteksi di rumah sakit sudah stadium lanjut sehingga sulit diobati. "Jika kanker ditemukan lebih dini, penanganannya akan lebih mudah dan tingkat harapan hidup lebih besar," katanya saat Diskusi Kampanye dan Upaya Penanganan Kanker Serviks di Hotel Lumire Jakarta, Senin 12 April 2010.

Beberapa peneliti berpikir bahwa kanker serviks non-invasif (yang hanya terjadi di leher rahim ketika ditemukan) adalah sekitar 4 kali lebih umum daripada jenis kanker serviks yang invasif. Ketika ditemukan dan diobati secara dini, kanker serviks seringkali dapat disembuhkan. Kanker serviks cenderung terjadi pada wanita paruh baya. Kebanyakan kasus ditemukan pada wanita yang dibawah 50 tahun. Ini jarang terjadi pada wanita muda (usia 20 tahunan). Banyak wanita tidak tahu bahwa ketika menjadi tua, mereka masih beresiko terkena kanker serviks. Itulah sebabnya penting bagi wanita lebih tua untuk tetap menjalani tes Pap Smear secara teratur.

B. Penyebab Kanker Serviks

Faktor-faktor resiko dibawah ini dapat meningkatkan peluang seorang wanita terkena kanker serviks:

Infeksi Virus Human Papilloma (HPV)

Pada kanker serviks, faktor risiko yang terpenting adalah infeksi HPV (human papilloma virus). HPV adalah sekelompok lebih dari 100 virus yang berhubungan yang dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit, ditularkan melalui kontak kulit seperti vaginal, anal, atau oral seks. Virus HPV berisiko rendah dapat menimbulkan genital warts (penyakit kutil kelamin) yang dapat sembuh dengan sendirinya dengan kekebalan tubuh. Namun pada Virus HPV berisiko tinggi tipe (tipe 16, 18, 31, 33 and 45), virus ini dapat mengubah permukaan sel-sel vagina. Bila tidak segera terdeteksi dan diobati, infeksi Virus HPV ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan terbentuknya sel-sel pra kanker serviks. Melakukan hubungan seks tidak aman terutama pada usia muda atau memiliki banyak pasangan seks, memungkinkan terjadinya infeksi HPV. Tiga dari empat kasus baru infeksi virus HPV menyerang wanita muda (usia 15-24 tahun).

Infeksi Virus HPV dapat terjadi dalam 2-3 tahun pertama mereka aktif secara seksual. Pada usia remaja (12-20 tahun) organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Rangsangan penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual dan kemudian infeksi Virus HPV. Sel abnormal inilah yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker serviks. Saat ini sudah ada beberapa vaksin yang mencegah terjadinya infeksi dari beberapa jenis HPV.

Faktor Resiko Lainnya

1. Merokok

Wanita yang merokok berada dua kali lebih mungkin mendapat kanker serviks dibandingkan mereka yang tidak. Rokok mengandung banyak zat racun/kimia yang dapat menyebabkan kanker paru. Zat-zat berbahaya ini dibawa ke dalam aliran darah ke seluruh tubuh ke organ lain juga. Produk sampingan (by-products) rokok seringkali ditemukan pada mukosa serviks dari para wanita perokok.

2. Infeksi HIV

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS- tidak sama dengan HPV. Ini dapat juga menjadi faktor resiko kanker serviks. Memiliki HIV agaknya membuat sistem kekebalan tubuh seorang wanita kurang dapat memerangi baik infeksi HPV maupun kanker-kanker pada stadium awal.

3. Infeksi Klamidia

Ini adalah bakteri yang umum menyerang organ wanita, tersebar melalui hubungan seksual. Seorang wanita mungkin tidak tahu bahwa ia terinfeksi kecuali dilakukan tes untuk klamidia selama pemeriksaan panggul. Beberapa riset menemukan bahwa wanita yang memiliki sejarah atau infeksi saat ini berada dalam resiko kanker serviks lebih tinggi. Infeksi dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan masalah serius lainnya.

4. Diet

Apa yang Anda makan juga dapat berperan. Diet rendah sayuran dan buah-buahan dapat dikaitkan dengan meningkatnya resiko kanker seviks. Juga, wanita yang obes/gemuk berada pada tingkat resiko lebih tinggi.

5. Pil KB

Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks. Riset menemukan bahwa resiko kanker serviks meningkat sejalan dengan semakin lama wanita tersebut menggunakan pil kontrasepsi tersebut dan cenderung menurun pada saat pil di-stop. Anda harus membicarakan dengan dokter Anda tentang pro kontra penggunaan pil KB dalam kasus Anda.

6. Memiliki Banyak Kehamilan

Wanita yang menjalani 3 atau lebih kehamilan utuh memiliki peningkatan resiko kanker serviks. Tidak ada yang tahu mengapa ini dapat terjadi.

7. Hamil pertama di usia muda

Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir selalu 2x lebih mungkin terkena kanker serviks di usia tuanya, daripada wanita yang menunda kehamilan hingga usia 25 tahun atau lebih tua.

8. Penghasilan rendah

Wanita miskin berada pada tingkat resiko kanker serviks yang lebih tinggi. Ini mungkin karena mereka tidak mampu untuk memperoleh perawatan kesehatan yang memadai, seperti tes Pap Smear secara rutin.

9. DES (diethylstilbestrol)

DES adalah obat hormon yang pernah digunakan antara tahun 1940-1971 untuk beberapa wanita yang berada dalam bahaya keguguran. Anak-anak wanita dari para wanita yang menggunakan obat ini, ketika mereka hamil berada dalam resiko terkena kanker serviks dan vagina sedikit lebih tinggi.

10. Riwayat Keluarga

Kanker serviks dapat berjalan dalam beberapa keluarga. Bila Ibu atau kakak perempuan Anda memiliki kanker serviks, resiko Anda terkena kanker ini bisa 2 atau 3x lipat dari orang lain yang bukan. Ini mungkin karena wanita-wanita ini kurang dapat memerangi infeksi HPV daripada wanita lain pada umumnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif. Taylor dan Bodgan (moleong, 2007) mendefinisikan metodologi penelitian kulitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut Moleong (2007), penelitian kulitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini menggunakan desain atau rancangan penelitian deskriptif kulitatif, karena untuk mengidentifikasi permasalahan dan melakukan kajian intens yang mendalam secara langsung dilapangan terkait dengan rumusan masalah yang akan diungkapkan dalam penelitian ini

B. Batasan Istilah

Adapun batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kebermaknaan hidup

Jadi dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup adalah penghayatan individu terhadap hal-hal yang dianggap sangat penting, berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, yang memang benar-benar merupakan motivasi utama pada dirinya, sehingga layak dijadikan tujuan di dalam hidupnya.

2. Perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang meningkatkan kualitas hidup dengan cara memberikan semangat dan dukungan agar berjuang dan bertahan untuk melawan penyakitnya, yang berupa dukungan sosial, spiritual dan psikososial. Dan yang ditangani bukan hanya penderita saja tetapi juga keluarganya.

3. Relawan paliatif adalah seseorang yang bekerja di berbagai bidang sesuai dengan panggilannya dan kemampuan yang ada dalam dirinya, untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

C. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitan ini adalah para relawan paliatif di Rumah Sakit Islam Aisyiyah (RSIA) kota Malang.

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang maksimal sesuai tujuan penelitian, maka metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara (interview). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Adapun maksud mengadakan wawancara yakni untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perusahan, motivasi, kepedulian, tuntutan dan lain-lain. Jenis wawancara adalah wawancara terstruktur. Menurut Moleong (2007) wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewancaranya menetapkan sendiri masalah dan pernyataan-pernyataan yang akan diajukan.

Secara umum, hal-hal yang ingin diungkap peneliti dalam wawancaranya yaitu tentang kebermaknaan hidup pada relawan paliatif, yang mana mencakup pada tujuan seorang relawan menjadi relawan, faktor-faktor apa saja yang memotivasi relawan menjadi seorang relawan, makna menjadi seorang relawan di dalam hidupnya, dan juga dampak menjadi seorang relawan baik secara kognitif, afektif dan sosial atau personalnya.

E. Teknik Analisa Data

Maleong (2007) mendefinisikan analisis data sebagai proses mengorganisasi dan mengerutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Adapun model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode perbandingan tetap (constant comporarative method) yang juga disebut grounded research. Tujuan peneliti menggunakan metode ini adalah agar hasil penelitian mudah dibaca dan diinterprestasi oleh pembaca. Secara umum, proses analisis datanya mencakup:

1. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu diteliti lagi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, serta memfokuskan pada hal yang penting.

2. Kategorisasi Data

Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan kedalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.

3. Sintesisasi

Mensistesikan berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya.

4. Menyusun Hipotesis Kerja

Hal ini dilakukan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang proporsional. Hipotesis kerja sudah merupakan teori yang berasal dan masih terkait dengan data.

F. Metode Keabsahan Data

Peneliti menggunakan triangulasi data, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding. Teknik triangulasi yang digunakan peniliti adalah triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berada dalam penelitian kulitatif (patton dalam Moleong, 2007)

Adapun sumber yang digunakan peniliti yang digunakan untuk mengecek keabsahan data adalah kepada keluarga terdekat, teman, pasien.